PERMAINAN MASA KECIL
Masa kecil masa kanak-kanak adalah
masa-masa bermain. Belajar pun sambil bermain. Tertawa-tawa dan riang
gembira. Tidak ada beban di dalam pikiran karena di dalam benak anak
kecil hanya kegembiraan. Walaupun sesekali menangis, ia akan kembali
tertawa riang. Baru saja sebentar bertengkar dengan teman, sudah
kembali berbaikan. Begitulah anak kecil.
Banyak orang-orang yang telah dewasa
berandai-andai untuk bisa kembali ke masa lalu hanya untuk menikmati
lagi indahnya masa kecil. Yang paling utama adalah masa-masa ketika
kita masih bisa asyik bermain berbagai permainan bersama teman-teman
sebaya.
Bermaksud untuk mengenang kembali
indahnya bermain di masa kecil, saya membuat kilas balik tentang
berbagai permainan tradisional yang pernah saya ikuti dulu. Walaupun
sudah sangat lama, saya mencoba mengingat-ingat kembali
permainan-pemainan itu. Check this out!
1. Bilon / Gobak Sodor
Permainan yang juga dikenal dengan Galah asin ini
adalah permainan yang memiliki lapangan dengan bentuk persegi panjang
yang di dalamnya terdapat 6 kotak. Kotak pertama disebut dengan
"rumah". Di dalam Permainan ini terdapat 2 regu yang bermain. Tiap regu
terdiri dari 3-5 orang atau bahkan bisa sampai 6 orang. Salah satu
regu harus menjaga regu lainnya agar tidak bisa melewati kotak-kotak.
Regu yang menjaga berdiri di atas garis-garis kotak. Regu yang satu
lagi harus berusaha melewati kotak-kotak itu. Jika regu yang dijaga
tersentuh oleh regu penjaga, maka posisi permainan berganti. Regu yang
dijaga akan menjadi penjaga, begitu sebaliknya. Namun, jika regu
tersebut berhasil melewati semua kotak dan kembali ke rumah, maka regu
tersebut mendapat 1 poin dan dapat bermain lagi sebagai regu yang
dijaga. Kalau dulu di daerah saya, biasanya jika salah satu anggota
regu telah berhasil masuk ke rumah, ia akan berteriak "Bilon!".
2. Samberlang
Samberlang merupakan
permainan kejar-mengejar yang terdiri dari 2 kelompok. Salah satu
kelompok yang mendapat giliran menjaga harus berlari mengejar kelompok
lainnya hingga dapat tersentuh dan tertangkap. Anggota kelompok yang
telah tertangkap lalu “disandera” di sebuah base camp yang telah
ditentukan. Anggota yang telah tertangkap ini dapat diselamatkan agar
bisa keluar dan bermain lagi dengan cara disentuh atau disamber
oleh kelompoknya sendiri. Kelompok penjaga terus mengejar dan berusaha
menangkap anggota-anggota kelompok lainnya hingga semuanya tertangkap.
Jika semua sudah tertangkap, maka kedudukan permainan berganti. Kelompok
yang awalnya menjaga sekarang menjadi kelompok yang dikejar-kejar.
Begitu seterusnya.
3. Engklek
Permainan yang satu ini menggunakan
pola-pola yang unik sebagai media bermain. Pola-pola tersebut dapat
berupa gambar berbentuk orang, cross/silang, ataupun roket. Untuk bermain, digunakan suatu alat yang disebut Gacok.
Gacok dilemparkan ke dalam setiap kotak-kotak atau ruang yang ada pada
media bermain tersebut. Kemudian, pemain melompat dengan satu kaki
menyusuri setiap kotak tanpa boleh menginjak kotak yang berisi gacok
sendiri ataupun gacok lawan. Jika seorang pemain menginjak kotak yang
berisi gacok, berdiri dengan dua kaki, menginjak garis, ataupun
menginjak bagian luar kotak, maka ia dianggap mati sehingga pemain
tersebut digantikan dengan pemain lain.
Gacok juga merupakan penanda bahwa
pemain telah berada pada tingkat selanjutnya hingga tingkat tertinggi.
Misalnya, pada permainan engklek yang menggunakan pola berbentuk orang,
tingkat tertinggi adalah jika gacok telah berada di bagian kepala,
pada pola roket di ujung roket, dan pada pola cross/silang di
tengah-tengah silang tersebut. Jika sudah begitu, pemain dapat
menginjak kotak ujung tersebut dengan terlebih dahulu mengambil gacok.
Setelah itu, gacok dilemparkan keluar. Pemain kembali melompat ke kotak
awal lalu keluar sambil menginjak gacok yang sudah ada di luar.
Permainan selesai.
4. Guli atau Kelereng
Permainan yang juga disebut gundu ini
sudah sangat terkenal di kalangan anak-anak hingga remaja di berbagai
daerah. Guli atau kelereng adalah mainan berbentuk bola kecil yang
terbuat dari kaca. Warna dan ukurannnya beraneka ragam disertai dengan
pola-pola yang unik. Terdapat berbagai ukuran, dari yang kecil, sedang,
hingga besar.
Cara memainkan guli tidak terlalu
sulit. Cukup meletakkan guli di antara jari telunjuk tangan kiri dan
jari telunjuk tangan kanan, dengan ibu jari tangan kanan sebagai
penekan. Setelah itu, jari telunjuk tangan kanan diregangkan ke
belakang lalu guli dilepaskan. Namun, ada juga cara lain memainkannya
yakni dengan meletakkan guli di antara telunjuk dan ibu jari tangan
kiri lalu “diselentik” atau dihempas oleh telunjuk tangan kanan.
Semua tergantung selera masing-masing pemain yang juga dipengaruhi
oleh budaya setempat.
Biasanya, permainan ini memperebutkan
guli-guli yang diletakkan di dalam tempat dengan dibatasi garis-garis
berbentuk satu kotak persegi. Guli-guli ini harus dilekuarkan dengan
cara dibenturkan dengan guli yang dihempas dengan cara-cara di atas.
Pemain yang menang adalah yang dapat memperoleh guli terbanyak dari
kotak atau yang dapat membenturkan gulinya dengan guli lawan.
5. Petak Umpet
Bukan saja di indonesia, permainan ini
juga ada di luar negeri seperti di Prancis. Pada zaman dahulu, di
kalangan bangsawan Prancis terdapat permainan yang mana para lelaki
haus menemukan para wanita di antara labirin-labirin yang terletak di
belakang kastil.
Di beberapa daerah, permainan petak
umpet juga memiliki sebutan-sebutan lain. Misalnya, di daerah saya di
kabupaten Serdang bedagai Sumatera Utara petak umpet biasanya disebut Cindung atau Kodok. Cindung adalah permainan petak umpet yang menggunakan dinding atau pohon sebagai pusat. Sebelum bermain, dilakukan dahulu hompimpah untuk
menentukan siapa yang akan menjaga. Orang yang menjaga dan mencari
semua pemain yang bersembunyi harus menyentuh dinding tersebut terlebih
dahulu setelah ia menemukan pemain lain. Ia tidak boleh keduluan oleh
yang bersembunyi. Adapun kodok adalah petak umpet yang menggunakan bola
ataupun susunan batu sebagai pusat. Peraturannya sama dengan cindung,
namun pemain yang telah kena atau ditemukan penjaga dapat diselamatkan
oleh pemain lain dengan cara menendang bola atau susunan batu. Maka,
pemain tesebut dapat bersembunyi lagi sementara si penjaga sibuk
mengambil bola ataupun menyusun batu.
Kalau di zaman saya dulu, penjaga yang
terus-terusan menjaga dapat frustrasi bahkan hingga menangis (biasanya
yang cengeng begitu, Hehe :D). Namun, ada juga penjaga
yang tak mau pergi ke mana-mana untuk mencari pemain yang bersembunyi.
Ia hanya duduk atau berdiri di dekat bola sambil menunggu kalau-kalau
ada yang terlihat bersembunyi. Nah, di daerah saya penjaga yang seperti
itu disebut jaga telor.
6. Paman Dolit
Ini merupakan permainan semi musikal
karena menggunakan media lagu untuk bermain. Dulu saya sangat sering
bermain ini bersama teman-teman. Paman dolit sendiri adalah tokoh
dengan karakter seseorang berkacamata dan berkumis tebal. Permainan ini
terdiri dari satu orang yang menjaga dan yang lainnya mengelilingi si
penjaga dengan saling berpegangan tangan sembari menyanyikan lagu Paman
dolit. Lirik lagunya sebagai berikut.
Paman dolit tidak tau malu
Pakai kacamata, mata jadi rusak
Bila memanggil paman
Paman dolit...!
Bila memanggil becak
Ting nong ting nong
Ada apa di sana
Ada ular melingkar
Bila ditembak
Dor..dor...dor... (Wah, sadis juga ya! Hehe)
Saya juga mendapat informasi dari suatu artikel di blog, ada juga lirik paman dolit seperti ini, yang juga sekarang ada di jingle salah satu iklan produk minuman susu anak-anak.
Do mi kado es kado be a be...
Jika lagu ini sudah selesai, maka para
pemain lain langsung mematungkan diri alias tidak bergerak. Akan
tetapi, saya lupa bagaimana permainan selanjutnya. Maklum, saya sudah
sangat lama tidak bermain permainan yang cukup asyik ini.
7. Gambaran
Menurut saya, ini bukan saja permainan yang dapat menghibur, melainkan juga cukup informatif. Gambaran
adalah permainan yang menggunakan kartu-kartu bergambar yang memiliki
angka-angka. Gambar-gambar tersebut bisa berupa gambar kartun, gambar
mobil atau sepeda motor, gambar tokoh-tokoh sinetron, ataupun
tokoh-tokoh superhero. Di setiap gambar terdapat penjelasan apa
yang sedang dilakukan karakter di dalam gambar tersebut. Pertanyaannya,
mengapa permainan ini informatif?
Pada kartu tersebut, tepatnya di
belakang kartu terdapat juga gambar-gambar yang menunjukkan rambu-rambu
lalu lintas beserta penjelasannya. Misalnya tanda (!) untuk rambu
“Hati-Hati” ataupun tanda rambu “Dilarang Parkir”. Hal ini tentunya
dapat memberi wawasan kepada anak-anak mengenai rambu-rambu lalu lintas
dan diharapkan mereka juga akan menaatinya jika sudah pantas
berkendara di jalan raya.
Ada beberapa cara memainkan permainan
ini. Pertama dengan menepukkan kartu yang ada di telapak tangan dengan
kartu yang ada di telapak tangan lawan bermain. Ini seperti orang yang
saling Tos. Pemenangnya adalah yang kartunya terbuka ke atas
atau gambar depannya terlihat. Jika kedua kartu terbuka ke atas, maka
dikatakan seri dan harus dilakukan Tos lagi. Pemain yang menang berhak mengambil kartu lawan dengan jumlah yang sudah ditentukan sebelumnya.
8. Kucing-kucingan
Mirip cerita kartun Tom and Jerry,
permainan ini memperlihatkan seolah-olah kucing sedang mengejar-ngejar
tikus. Salah seorang pemain menjadi “kucing” dan seorang pemain
lainnya menjadi “tikus”. Pemain-pemain lainnya membuat lingkaran dengan
saling berpegangan tangan. Pemain-pemain ini bertugas menjaga si tikus
dari kejaran sang kucing. Jika si tikus berada di dalam lingkaran,
maka harus dilindungi dengan menghalangi kucing masuk. Begitu
sebaliknya, jika tikus berada di luar dan kucing di dalam, maka mereka
harus mengahalangi kucing agar tidak keluar dan menangkap tikus. Akan
tetapi, jika keduanya ada di luar, maka si tikus harus berjuang sendiri
untuk lari menghindari kejaran kucing. Untuk menyelamatkan diri, tikus
juga bisa berusaha lari masuk ke dalam lingkaran.
Permainan ini lumayan membuat meriah
suasana karena pasti selalu penuh dengan teriakan-teriakan. Selain itu,
juga dapat merangsang tubuh untuk bergerak. Apalagi untuk anak-anak
yang harus banyak bergerak untuk mendukung proses pertumbuhannya.
Itulah beberapa permainan yang pernah
saya ikuti sewaktu kecil dulu. Sebenarnya masih banyak lagi permainan
yang lain, tetapi saya agak lupa bagaimana detailnya karena sudah lama
sekali. Walau bagaimanapun, berbagai permainan tersebut meninggalkan
kesan masa kecil yang indah bagi saya.
Di zaman sekarang, sudah sangat jarang
sekali ada anak-anak yang melakukan permainan-permainan itu, terutama
di kota-kota besar Seiring perkembangan teknologi, mereka sekarang
sudah disibukkan oleh berbagai permainan modern yang sifatnya
individual, seperti permainan komputer, Playstation, Xbox, maupun permainan modern lainnya. Anak-anak menjadi lebih suka berinteraksi secara virtual melalui berbagai game online. Mereka bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menaikkan pangkat ataupun memperoleh poin saat bermain Counter Strike maupun Point Blank.
Permainan-permainan tradisional masa
lalu seharusnya tetap terus dilestarikan di dalam kebiasaan bermain
anak-anak. Hal ini bukan berarti anak-anak tidak boleh bermain
permainan modern. Boleh asalkan tidak berlebihan dan tetap diiringi
dengan kebiasaan bermain secara tradisional. Berbagai permainan
tradisional tersebut bukan hanya berfungsi sebagai pengisi keseharian
mereka, tetapi juga membentuk kekuatan mental dan intelektual mereka.
Permainan tradisional lebih banyak mengutamakan kerjasama dan gerak
tubuh yang sangat penting bagi perkembangan psikis dan fisik anak-anak.
Oleh karena itu, permainan tradisional harus tetap dijaga dan jangan
biarkan menghilang dari masa-masa kecil anak-anak di setiap generasi.
» Read More...