Geulayang Tunang terdiri atas dua kata, yaitu geulayang yang berarti layang-layang dan tunang berarti pertandingan. Dari namanya jelas mempertegas bahwa geulayang tunang
merupakan pertandingan layang-layang atau adu layang yang
diselenggarakan pada waktu tertentu. Permainan ini sangat digemari
masyarakat di berbagai daerah di Aceh. Mengenai nama permainan jenis
ini, ada pula yang menyebutnya adu geulayang. Kedua istilah yang disebutkan terakhir memiliki maksud dan arti yang sama.
Pada
zaman dahulu, permainan ini diselenggarakan sebagai pengisi waktu
setelah masyarakat suatu tempat panen padi. Sebagai pengisi waktu,
permainan ini sangat bersifat rekreatif. Oleh karena itu, permainan ini
sering kali dilombakan dalam acara peringatan hari kemerdekaan RI atau
even-even kebudayaan lainnya di Aceh semisal Pekan Kebudayaan Aceh.
Adu Layangan dalam budaya Aceh dikenal dengan Geulayang Tunang. Permainan rakyat ini sering dimainkan pada saat musem luah blang.
Pada musim ini lahan sawah telah kering dan juga angin bertiup kencang
sehingga merupakan waktu yang tepat untuk memainkan layangan.
Dalam tradisi masyarakat Aceh layangan yang digunakan untuk perlombaan ini dikenal dengan sebutan Layang Kleung (Layangan Elang). Sebutan ini diberikan karena bentuk layangan yang menyerupai burung elang yang sedang melayang di udara.
Pada umumnya rangka layangan dibuat dari bilah bambu yang telah cukup tua untuk mendapatkan kelenturan dan daya tahan terhadap angin yang tinggi. Selain itu juga agar layangan dapat disimpan lama. Pada masa lalu bahan layangan terbuat dari bilah bambu yang telah dikeringkan diatas para-para dapur selama setahun.
Permainan
adu layangan yang dimainkan di Aceh sedikit berbeda dengan daerah lain.
Permainan ini tidak mengadu benang atau keindahan layangan tetapi
mengadu ke-vertikalan-an (diatas kepala). Layangan yang berada paling
depan (memimpin) adalah pemenangnya. Desain layangan untuk kebutuhan
perlombaan ini disesuaikan dengan kemampuan layangan untuk mendapatkan
daya tahan terhadap angin agar layangan mampu terbang tinggi dan berada
vertikal diatas kepala.
Pembuatan
layangan harus memenuhi beberapa syarat standar agar nantinya layangan
mampu terbang tinggi keatas kepala. Layangan Aceh terdiri dari 5 bagian
utama yaitu:
- - Kepala (seurungguk)
- - Sayap (sayeup)
- - Tulang punggung (tuleung rhueng)
- - Tulang pinggang (tuleung keuing)
- - Ekor (capeng)
Ungkapan lokal yang sering dipakai untuk menentukan ukuran layangan adalah: seurungguk siteungoh capeng, tuleung rhueng dua go capeng, panyang keuing sa ngon capeng (kepala setengah ekor, punggung dua kali capeng, panjang pinggang setara ekor).
Ukuran
untuk panjang sayap disesuaikan dengan kondisi angin pada saat
pertandingan. Semakin panjang sayap akan semakin tinggi daya tahan angin
yang diterima oleh layangan tersebut. Pada saat hembusan angin lemah
biasanya yang dimainkan adalah layangan dengan panjang sayap yang
pendek.
Pemilihan
pemenang sangat sederhana yaitu panjang benang layangan pada saat
penjurian tidak boleh kurang dari yang telah ditentukan (diukur sebelum
perlombaan) dan nantinya layangan yang paling vertical adalah
pemenangnya.
Lokasi permainan geulayang tunang di Aceh Besar salah satunya berada
di bantaran Krueng Lamnyong. Lokasi ini dipilih karena saat ini lahan
sawah telah berkurang seiring dengan perkembangan kota. Lahan-lahan
sawah telah berubah menjadi permukiman dan pusat perbelanjaan. Lokasi
permainan yang berada dipinggir jalan utama menjadi daya tarik bagi
penduduk yang kebetulan melintas atau juga sengaja datang untuk
menyaksikan permainan yang biasa mereka lakukan semasa kecil atau muda
dulu.
Perlombaan dimulai dengan mengukur benang. Batasan minimal yang ditentukan adalah 12 urat atau setara dengan 960 meter. Peserta yang akan mengikuti lomba merentangkan benang layangan dan melilitnya dipinggang sampai 12 lilitan.
Benang yang telah diukur lalu diikatkan pita berwarna sebagai tanda batas tali minimal atau sering disebut pita preh. Selanjutnya gulungan benang (nupi/padok) diserahkan kepada panitia untuk ditempelkan nomor pendaftaran sekaligus membayar uang pendaftaran sebesar Rp. 30.000,- untuk hari senin-kamis dan Rp. 50.000,- untuk hari jumat-minggu. Uang ini nantinya merupakan hadiah kepada sang juara. Pada masa lalu hadiah yang diberikan berupa kerbau, sapi, atau kambing. Layangan yang terpilih menjadi juara hanya juara I dan juara II saja.
Pada saat pengukuran benang, sebagian anggota tim mempersiapkan layangan yang akan dimainkan nantinya. Anggota tim yang paling ahli mengukur menyetel teuraje (teraju) layangan. Posisi
teuraje sangat menentukan kemampuan layangan untuk naik diatas kepala
nantinya. kesalahan dalam penyetelan teraje juga dapat meyebabkan
layangan di klep saat telah naik tinggi. Keunikan Layangan Aceh adalah di klep yaitu kondisi dimana layangan jatuh pada saat kehilangan dorongan angin, atau terlalu vertical. Jika layangan telah di klep maka layangan akan jatuh tanpa mampu dinaikkan lagi.
Setelah
waktu yang diberikan untuk mengukur benang selesai seluruh peserta
menaikkan layangannya. Ukuran layangan yang diperlombakan tidak
didasarkan pada ukuran panjang sayap tetapi didasarkan pada ukuran
panjang tulang punggung sayap (ukuran antara rangka sayap atas dan
rangka sayap bawah). Lebar maksimal yang dibolehkan adalah 50 cm.
Waktu yang diberikan untuk menaikkan layangan hanya 15 menit, dengan pembagian waktu 10 menit pertama seluruh layangan peserta lomba harus telah berada di udara.
Setelah 10 menit terlewati tidak boleh ada lagi layangan yang dinaikkan (menganjong). Jika ada peserta yang telambat menaikkan layangan diluar waktu ini dianggap gugur. Selanjutnya waktu yang tersisa 5 menit
lagi digunakan untuk mengulur benang. Semakin cepat layangan dinaikkan
maka waktu yang dipergunakan untuk mengulur benang akan semakin panjang.
Biasanya jika panjang benang minimal yang diberikan (beneung preh) sepanjang 12 urat maka benang yang harus disediakan nimimal 18 urat. Hal ini diperlukan nantinya pada saat tarek preh dimana benang akan ditarik dan digulung dengan cepat agar layangan naik tinggi diatas kepala.Setelah waktu 15 menit yang diberikan habis maka tiba waktunya menarik benang (kareuh beuneung) untuk menentukan sang juara. Seluruh peserta yang diarahkan untuk berkumpul dalam satu lokasi. Seluruh peserta berlomba-lomba menarik layangan mereka agar melaju naik keatas kepala. Waktu yang diberikan untuk menarik benang selama 5 menit. Saat-saat
seperti inilah yang ditunggu-tunggu oleh penonton. Layangan yang
tadinya terbang rendah kini berpacu naik keatas kepala.
Sorak-sorai penonton riuh rendah menyemangati
peserta agar semakin cepat meng-kareuh layang jagoan mereka. Kestabilan
layangan pada saat ini sangat menentukan kemampuan naik tinggi layangan
tersebut. Layangan yang kurang baik pada ketinggian (vertical) tertentu
akan berbalik arah kembali turun atau bergeser kesamping.Panitia dengan menggunakan alat pengeras suara mengingatkan waktu yang tersisa kepada peserta dan setelah
hitungan mundur selesai ditentukanlah layangan juaranya. Panitia
langsung memegang benang layangan juara dan menanyakan apakah ada yang
protes atau tidak. Selanjutnya peserta kembali diberikan waktu selama 3
menit untuk kembali mengulur benang untuk mencari juara II.
Source :
1 komentar:
Online Casino no deposit bonus 2021 - Agen judi idn Poker
Play slots online for free with no deposit required. Learn how カジノ シークレット to win real money rb88 playing the best online casinos and bonus promotions. 온카지노
Posting Komentar